- Home »
- Kisah Sang Panglima »
- Kisah tentang Rasulullah dan Seorang Anak Yatim di Madinah
On Monday, March 11, 2013
Ini
kisah tentang Rasulullah dan seorang anak yatim di Madinah. Pada suatu pagi di
hari raya Idul Fitri, Rasulullah SAW bersama keluarganya dan beberapa
sahabatnya seperti biasanya mengunjungi rumah demi rumah untuk mendo’akan para
muslimin dan muslimah agar merasa bahagia di hari raya itu. Alhamdulillah,
semua terlihat merasa gembira dan bahagia di Hari Raya Ied tersebut, terutama
anak-anak. Anak-anak bermain sambil berlari-lari kesana kemari dengan
mengenakan pakaian hari rayanya. Namun tiba-tiba Rasulullah saw melihat di
sebuah sudut ada
seorang
gadis kecil sedang duduk bersedih. Ia memakai pakaian tambal-tambal dan sepatu
yang telah usang. Rasulullah saw lalu bergegas menghampirinya. Gadis kecil itu
menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya, lalu menangis tersedu-sedu.
Rasulullah kemudian meletakkan tangannya yg putih sewangi bunga mawar itu
dengan penuh kasih sayang di atas kepala gadis kecil tersebut, lalu bertanya
dengan suaranya yang lembut :
“Anakku,
mengapa engkau menangis? Bukankah hari ini adalah hari raya?”
Gadis
kecil itu terkejut bukan kepalang. Tanpa berani mengangkat kepalanya dan
melihat siapa yang bertanya, perlahan-lahan ia menjawab sambil bercerita :
“Pada
hari raya yang suci ini semua anak menginginkan agar dapat merayakannya bersama
orang tuanya dengan berbahagia. Semua anak-anak bermain dengan riang
gembiranya. Aku lalu teringat pada Ayahku, itu sebabnya aku menangis. Ketika
itu hari raya terakhir bersamanya. Ia membelikan aku sebuah gaun berwarna hijau
dan sepatu baru. Waktu itu aku sangat bahagia. Lalu suatu hari ayahku pergi
berperang bersama Rasulullah membela Islam dan kemudian ia meninggal. Sekarang
ayahku sudah tidak ada lagi Aku telah menjadi seorang anak yatim. Jika aku
tidak menangis untuknya, lalu untuk siapa lagi?”
Setelah
Rasulullah saw mendengar cerita itu, seketika hatinya diliputi kesedihan yang
mendalam. Dengan penuh kasih sayang beliau membelai kepala gadis kecil itu
sambil berkata:
“Anakku,
hapuslah air matamu…Angkatlah kepalamu dan dengarkan apa yang akan aku katakan
kepadamu…. Apakah kamu ingin agar aku Rasulullah menjadi ayahmu? Dan
apakah kamu juga ingin Ali menjadi pamanmu?. Dan apakah kamu juga ingin agar
Fatimah menjadi kakak perempuanmu?….dan Hasan dan Husein menjadi adik-adikmu?
dan Aisyah menjadi ibumu ?. Bagaimana pendapatmu tentang usul dariku ini?”
Begitu
mendengar kata-kata itu, ia langsung berhenti menangis. Ia memandang dengan
penuh takjub orang yang berada tepat di hadapannya. Gadis yatim kecil itu sangat
tertarik pada tawaran Rasulullah SAW, namun entah mengapa ia tidak bisa berkata
sepatah katapun. Ia hanya dapat menganggukkan kepalanya perlahan sebagai tanda
persetujuannya.
Gadis
yatim kecil itu lalu bergandengan tangan dengan Rasulullah saw menuju ke rumah.
Sesampainya di rumah, wajah dan kedua tangan gadis kecil itu lalu dibersihkan
dan rambutnya disisir. Semua memperlakukannya dengan penuh kasih sayang. Gadis
kecil itu lalu dipakaikan gaun yang indah dan diberikan makanan dan uang hari
raya. Lalu ia diantarnya gadis itu keluar, agar dapat bermain bersama anak-anak
lainnya. Anak-anak lain merasa iri pada gadis kecil dengan gaun yang indah dan
wajah yang berseri-seri itu. Mereka merasa keheranan, lalu ia berkata :
“Akhirnya aku memiliki seorang ayah! Di dunia ini, tidak ada yang bisa
menandinginya! Siapa yang tidak bahagia memiliki seorang ayah seperti
Rasulullah? Aku juga kini memiliki seorang paman, namanya Ali yang hatinya
begitu mulia. Juga seorang kakak perempuan, namanya Fatima Az`Zahra. Ia
menyisir rambutku dan mengenakanku gaun yang indah ini. Aku merasa sgt bahagia
dan bangga memiliki adik adik, hasan dan husein Aku juga kini memiliki seorang
ibu, namanya Aisyah, dan ingin rasanya aku memeluk seluruh dunia beserta
isinya.”
Maka
anak-anak yang sedang bermain dengannya sampai berkata: “Ah, seandainya
ayah-ayah kita mati terbunuh ketika perang itu tentu kita akan begitu.”Syahdan
tatkala Nabi saw meninggal dunia, anak kecil itu keluar seraya menaburkan debu
ke atas kepalanya meminta tolong sambil memekik: “Aku sekarang menjadi anak
asing dan yatim lagi.” Maka oleh Ali Bin Abi Thalib kw (dalam riwayat lain ABu
Bakar Ash Shiddiq ra) anak itu dipungutnya.