Archive for 2013
Umar bin Al-Khattab
Kekuasaan khalifah Umar pada masa puncaknya, 644
Pemimpin
Orang-Orang Beriman
(Amir Al-Mu'minin)
(Amir Al-Mu'minin)
Masa Kekuasaan : 23 Agustus 634 – 7 November 644
Nama lengkap : 'Umar bin al-Khattab
Gelar : - Al - Faruq
("Pemisah antara yang benar dan batil")
- Amir al-Mo`mineen ("Pemimpin Orang-Orang Beriman")
Lahir : c. 586 - 590 Makkah, Jazirah Arab
Meninggal : 7 November 644 Madinah, Jazirah Arab
Dimakamkan : Sebelah kiri makam Nabi Muhammad, Al-Masjid AL-Nabawi, Madinah
Pendahulu : Abu Bakar Ash-Shiddiq
Pengganti : Utsman bin Affan
- Amir al-Mo`mineen ("Pemimpin Orang-Orang Beriman")
Lahir : c. 586 - 590 Makkah, Jazirah Arab
Meninggal : 7 November 644 Madinah, Jazirah Arab
Dimakamkan : Sebelah kiri makam Nabi Muhammad, Al-Masjid AL-Nabawi, Madinah
Pendahulu : Abu Bakar Ash-Shiddiq
Pengganti : Utsman bin Affan
Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar
bin Khattab (581-
November 644) (bahasa Arab:عمر ابن الخطاب) adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang juga adalah khaifah kedua
Islam (634-644). Umar juga merupakan
satu di antara empat orang Khalifah yang digolongkan sebagai Khalifah yang diberi
petunjuk (Khuafaur Rasyidin).
Genealogi
Genealogi
Umar
dilahirkan di kota Makkah dari suku Bani Adi, salah satu
rumpun suku Quraisy, suku terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh
Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim, dari marga Bani Makhzum. Umar memiliki julukan yang
diberikan oleh Nabi Muhammad S.A.W. yaitu Al-Faruk yang berarti orang
yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan. Keluarga
Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis, yang
pada masa itu merupakan sesuatu yang langka. Umar juga dikenal karena fisiknya
yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.
Kenapa manusia perlu menikah?
Ada sebagian orang baik dari
kalangan wanita maupun pria yang tidak mau menikah dikarenakan beberapa
alasan yang subyektif. misalnya takut melahirkan, takut cerai dll. kita
anggap itu persepsi dari setiap orang yang mana setiap orang pasti punya
pendapat masing-masing begitu pun hal nya dengan menikah. sekarang saya
mau jelasin tentang betapa perlu dan pentingnya sebuah pernikahan?
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha teliti.” [Al-Hujuraat : 13]
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha teliti.” [Al-Hujuraat : 13]
Bismillah...
Perlu
kita ketahui, pada dasarnya manusia adalah makhluk "Zoon Politicon"
artinya manusia yang selalu bersama manusia lainnya baik dalam pergaulan
hidup maupun bermasyarakat. Hidup bersama dalam masyarakat adalah suatu
gejala yang biasa bagi manusia dan hanya manusia yang memiliki kelainan
saja yang ingin hidup dengan mengasingkan diri dari orang lain tapi
beda hal nya dengan orang yang memiliki kepribadian suka menyendiri.
Salah satu bentuk hidup bersama yang terkecil dan mulia ialah keluarga.
kenapa keluarga? karena keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak-anak yang terbentuk dari sebuah pernikahan.
Kisah tentang Rasulullah dan Seorang Anak Yatim di Madinah
Ini
kisah tentang Rasulullah dan seorang anak yatim di Madinah. Pada suatu pagi di
hari raya Idul Fitri, Rasulullah SAW bersama keluarganya dan beberapa
sahabatnya seperti biasanya mengunjungi rumah demi rumah untuk mendo’akan para
muslimin dan muslimah agar merasa bahagia di hari raya itu. Alhamdulillah,
semua terlihat merasa gembira dan bahagia di Hari Raya Ied tersebut, terutama
anak-anak. Anak-anak bermain sambil berlari-lari kesana kemari dengan
mengenakan pakaian hari rayanya. Namun tiba-tiba Rasulullah saw melihat di
sebuah sudut ada
seorang
gadis kecil sedang duduk bersedih. Ia memakai pakaian tambal-tambal dan sepatu
yang telah usang. Rasulullah saw lalu bergegas menghampirinya. Gadis kecil itu
menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya, lalu menangis tersedu-sedu.
Rasulullah kemudian meletakkan tangannya yg putih sewangi bunga mawar itu
dengan penuh kasih sayang di atas kepala gadis kecil tersebut, lalu bertanya
dengan suaranya yang lembut :
“Anakku,
mengapa engkau menangis? Bukankah hari ini adalah hari raya?”
Gadis
kecil itu terkejut bukan kepalang. Tanpa berani mengangkat kepalanya dan
melihat siapa yang bertanya, perlahan-lahan ia menjawab sambil bercerita :
“Pada
hari raya yang suci ini semua anak menginginkan agar dapat merayakannya bersama
orang tuanya dengan berbahagia. Semua anak-anak bermain dengan riang
gembiranya. Aku lalu teringat pada Ayahku, itu sebabnya aku menangis. Ketika
itu hari raya terakhir bersamanya. Ia membelikan aku sebuah gaun berwarna hijau
dan sepatu baru. Waktu itu aku sangat bahagia. Lalu suatu hari ayahku pergi
berperang bersama Rasulullah membela Islam dan kemudian ia meninggal. Sekarang
ayahku sudah tidak ada lagi Aku telah menjadi seorang anak yatim. Jika aku
tidak menangis untuknya, lalu untuk siapa lagi?”
Setelah
Rasulullah saw mendengar cerita itu, seketika hatinya diliputi kesedihan yang
mendalam. Dengan penuh kasih sayang beliau membelai kepala gadis kecil itu
sambil berkata:
“Anakku,
hapuslah air matamu…Angkatlah kepalamu dan dengarkan apa yang akan aku katakan
kepadamu…. Apakah kamu ingin agar aku Rasulullah menjadi ayahmu? Dan
apakah kamu juga ingin Ali menjadi pamanmu?. Dan apakah kamu juga ingin agar
Fatimah menjadi kakak perempuanmu?….dan Hasan dan Husein menjadi adik-adikmu?
dan Aisyah menjadi ibumu ?. Bagaimana pendapatmu tentang usul dariku ini?”
Begitu
mendengar kata-kata itu, ia langsung berhenti menangis. Ia memandang dengan
penuh takjub orang yang berada tepat di hadapannya. Gadis yatim kecil itu sangat
tertarik pada tawaran Rasulullah SAW, namun entah mengapa ia tidak bisa berkata
sepatah katapun. Ia hanya dapat menganggukkan kepalanya perlahan sebagai tanda
persetujuannya.
Gadis
yatim kecil itu lalu bergandengan tangan dengan Rasulullah saw menuju ke rumah.
Sesampainya di rumah, wajah dan kedua tangan gadis kecil itu lalu dibersihkan
dan rambutnya disisir. Semua memperlakukannya dengan penuh kasih sayang. Gadis
kecil itu lalu dipakaikan gaun yang indah dan diberikan makanan dan uang hari
raya. Lalu ia diantarnya gadis itu keluar, agar dapat bermain bersama anak-anak
lainnya. Anak-anak lain merasa iri pada gadis kecil dengan gaun yang indah dan
wajah yang berseri-seri itu. Mereka merasa keheranan, lalu ia berkata :
“Akhirnya aku memiliki seorang ayah! Di dunia ini, tidak ada yang bisa
menandinginya! Siapa yang tidak bahagia memiliki seorang ayah seperti
Rasulullah? Aku juga kini memiliki seorang paman, namanya Ali yang hatinya
begitu mulia. Juga seorang kakak perempuan, namanya Fatima Az`Zahra. Ia
menyisir rambutku dan mengenakanku gaun yang indah ini. Aku merasa sgt bahagia
dan bangga memiliki adik adik, hasan dan husein Aku juga kini memiliki seorang
ibu, namanya Aisyah, dan ingin rasanya aku memeluk seluruh dunia beserta
isinya.”
Maka
anak-anak yang sedang bermain dengannya sampai berkata: “Ah, seandainya
ayah-ayah kita mati terbunuh ketika perang itu tentu kita akan begitu.”Syahdan
tatkala Nabi saw meninggal dunia, anak kecil itu keluar seraya menaburkan debu
ke atas kepalanya meminta tolong sambil memekik: “Aku sekarang menjadi anak
asing dan yatim lagi.” Maka oleh Ali Bin Abi Thalib kw (dalam riwayat lain ABu
Bakar Ash Shiddiq ra) anak itu dipungutnya.
Perjuangan Rasulullah dan Kecintaannya kepada Ummat
Kita tahu
bahwa beliau dilukai kepalanya, ditanggalkan giginya, lututnya berdarah karena
lemparan batu, tubuhnya dilumuri kotoran, rumahnya dilempari kotoran ternak.
Beliau di hina, dan disiksa dengan keji.Saat beliau berdakwah di Thaif, tak ada
yang didapatkan kecuali hinaan dan pengusiran yang keji. Ketika Rasulullah
menyadari usaha dakwahnya itu tidak berhasil, beliau memutuskan untuk
meninggalkan Thaif. Tetapi penduduk Thaif tdk membiarkan beliau keluar dg aman,
mereka terus mengganggunya dengan melempari batu dan kata-kata penuh ejekan.
Lemparan batu yang mengenai Nabi demikian hebat, sehingga tubuh beliau
berlumuran darah.
Dalam
perjalanan pulang, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjumpai suatu t4
yang dirasa aman dr gangguan orang-orang jahat tersebut. Di sana beliau berdoa
begitu mengharukan dan menyayat hati. Demikian sedihnya doa yang dipanjatkan
Nabi, sehingga Allah mengutus malaikat Jibril untuk menemuinya. Setibanya di
hadapan Nabi, Jibril memberi salam seraya berkata,
"Allah mengetahui apa yang telah terjadi padamu dan pada orang-orang ini.Allah telah memerintahkan malaikat di gunung-gunung untuk menaati perintahmu."
Sambil berkata demikian, Jibril memperlihatkan
para malaikat itu kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Kata
malaikat itu:
"Wahai Rasulullah, kami siap untuk menjalankan perintah tuan. Jika tuan mau, kami sanggup menjadikan gunung di sekitar kota itu berbenturan, sehingga penduduk yang ada di kedua belah gunung itu akan mati tertindih. Atau apa saja hukuman yang engkau inginkan, kami siap melaksanakannya."
10 Sahabat Rasulullah yang Dijamin Masuk Surga
Dari Said bin Zaid ra.
berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,”10 orang pasti masuk surga. Abu
Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di
surga, Ali di surga, Az-Zubair, Thalhah, Abdurrahman bin ‘Auf, Zubair bin
Awwam ,Abu ‘Ubaidah ibnul Jarrah, Sa’d bin Abi Waqqash.”
(Said bin Zaid) terdiam dan
karena Rasulullah tidak menyebutkan yang ke-10. Ketika Said Bin Zaid menanyakan
siapakah yang ke-10, beliau menjawab bahwa orang itu adalah dirinya ( Said bin
Zaid ) sendiri. ” (HR At-Tirmizy)
(1) Abu Bakar as Siddiq ra.
Nama aslinya adalah Abdullah bin abi Quhafah. Usia beliau 63 tahun, sama
seperti Rasulullah saw. Dia termasuk orang yang pertama masuk
islam. Manusia terbaik setelah Rasulullah
saw. Mengemban kekhilafahan selama 2,5 tahun.
(2) Abu Hafs Umar bin
Khatab ra. Umar masuk islam di Mekah, dan mengikuti seluruh peperangan
bersama Rasulullah saw. Umar mengemban kekhalifahan selama 10 tahun 6,5
bulan. Terbunuh pada akhir DzulHijjah 23 Hijriyah, pada usia 63 tahun sesuai
dengan usia Rasulullah saw. Akan tetapi ada perselisihan pendapat tentang usia
beliau ini.
(3) Abu Abdullah Ustman bin
Affan ra. Utsman masuk islam pada awal datangnya islam di Mekah. Melakukan
hijrah 2 kali (Habasayah dan Medinah). Menikahi 2 puteri Rasulullah saw.
Mengemban kekhilafahan selama 12 tahun kurang 10 hari. Terbunuh
pada 18 Dzul Hijjah tahun ke-35 Hijriah ba’da Ashar. Saat itu ia
sedang puasa. Ia meninggal pada usia 82 tahun.
Hadist Arbain
HADITS PERTAMA
الحــديث الأول
عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ. [رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري وأبو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة]
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab radhiallahuanhu, dia berkata, "Saya mendengar Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.
(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaaburi di dalam dua kitab Shahih, yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang).
Foto
Pedang Rasulullah SAW |
Cap Surat dan Motif dari Cincin Rasulullah SAW |
Makam Rasulullah SAW |
Sandal Rasulullah SAW |
Mihrab di Rumah Rasulullah SAW |
Visualisasi Tapak Kaki Rasulullah SAW |
Pintu Menuju Kamar Rasulullah SAW dan Khadijah RA |
Tempat Kelahiran Fatimah Azzahra, putri kesayangan Rasulullah SAW |
Rumah Peninggalan Rasulullah SAW dan Khadijah RA |
Jubah Rasulullah SAW |
Gigi dan Rambut Rasulullah SAW |
Nasab Rasulullah SAW |
Doa Agar Diteguhkan Hati dalam Ketaatan
Imam An Nawawi rahimahullah dalam
kitab beliau Riyadhus Sholihin. Semoga bermanfaat.
Doa Agar
Diteguhkan Hati dalam Ketaatan
اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
"Allahumma mushorrifal
quluub shorrif quluubanaa ala thoatik" [Ya Allah, Dzat yang
memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu!]
Dari 'Abdullah bin 'Amru bin Al 'Ash berkata bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ قُلُوبَ بَنِي آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
"Sesungguhnya hati semua manusia itu berada di antara dua jari dari sekian jari Allah Yang Maha Pemurah. Allah Subhanahhu wa Ta'ala akan memalingkan hati manusia menurut kehendak-Nya." Setelah itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdoa; "Allahumma mushorrifal quluub shorrif quluubanaa ala thoatik" [Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu!] (HR. Muslim no. 2654).
An Nawawi
membawakan hadits ini dalam bab, "Allah membolak-balikkan hati
sekehendak-Nya."
Faedah hadits:
1. Hati manusia berada di antara dua
jari dari sekian jari Allah yang Maha Pemurah. Allah memalingkan hati manusia
tersebut sesuai kehendak-Nya.
2. Jika sudah mengetahui demikian, maka
hendaklah setiap hamba rajin memohon pada Allah agar diberi hidayah dan keistiqomahan
serta agar tidak menjauh dari jalan yang lurus.
3. Jika seorang hamba bergantung dan
bersandar pada dirinya sendiri, tentu ia akan binasa.
4. Hendaknya hamba menyerahkan segala
usahanya kepada Allah Ta'ala dan janganlah ia berpaling dari-Nya walaupun
sekejap mata.
5. Hendaklah setiap hamba memohon
kepada Allah agar terus menerus diteguhkan hati dalam ketaatan dan tidak
sampai terjerumus dalam maksiat atau kesesatan.
6.
Di sini
dikhususkan hati karena jika hati itu baik, maka seluruh anggota badan lainnya juga
ikut baik.
Karamah Ali bin Abi Thalib
Kisah 1
Sid bin
Musayyab
menceritakan bahwa ia dan para sahabat menziarahi makam-makam di Madinah
bersama `Ali. Ali lalu berseru,
“Wahai para penghuni kubur, semoga dan rahmat dari Allah senantiasa tercurah kepada kalian, beritahukanlah keadaan kalian kepada kami atau kami akan memberitahukan kcadaan kami kepada kalian.” Lalu terdengar jawaban, “Semoga keselamatan, rahmat, dan berkah dari Allah senantiasa tercurah untukmu, wahai amirul mukminin. Kabarkan kepada kami tentang hal-hal yang terjadi setelah kami.” Ali berkata, “Istri-istri kalian sudah menikah lagi, kekayaan kalian sudah dibagi, anak-anak kalian berkumpul dalam kelompok anak-anak yatim, bangunan-bangunan yang kalian dirikan sudah ditempati musuh-musuh kalian. Inilah kabar dari kami, lalu bagaimana kabar kalian?” Salah satu mayat menjawab, “Kain kafan telah koyak, rambut telah rontok, kulit mengelupas, biji mata terlepas di atas pipi, hidung mengalirkan darah dan nanah. Kami mendapatkan pahala atas kebaikan yang kami lakukan dan mendapatkan kcrugian atas kewajiban yang yang kami tinggalkan. Kami bertanggung jawab atas perbuatan kami.” (Riwayat Al-Baihagi)
Kisah 2
Dalam kitab
Al-Tabaqat, Taj al-Subki meriwayatkan bahwa pada suatu malam, `Ali dan kedua
anaknya, Hasan dan Husein r.a. mendengar seseorang bersyair:
"Hai Zat yang mengabulkan doa orang yang terhimpit kezalimanWahai Zat yang menghilangkan penderitaan, bencana, dan sakitUtusan-Mu tertidur di rumah Rasulullah sedang orang-orang kafir mengepungnyaDan Engkau Yang Maha Hidup lagi Maha Tegak tidak pernah tidurDengan kemurahan-Mu, ampunilah dosa-dosakuWahai Zat tempat berharap makhluk di Masjidil HaramKalau ampunan-Mu tidak bisa diharapkan oleh orang yang bersalahSiapa yang akan menganugerahi nikmat kepada orang-orang yang durhaka."
`Ali lalu
menyuruh orang mcncari si pelantun syair itu. Pelantun syair itu datang
menghadap Ali seraya berkata,
“Aku, ya Amirul mukminin!”
Laki-laki itu
menghadap sambil menyeret sebelah kanan tubuhnya, lalu berhenti di hadapan Ali.
Ali bertanya,
“Aku telah mendengar syairmu, apa yang menimpamu?”
Laki-laki itu menjawab,
“Dulu aku sibuk memainkan alat musik dan melakukan kemaksiatan, padahal ayahku sudah menasihatiku bahwa Allah memiliki kekuasaan dan siksaan yang pasti akan menimpa orang-orang zalim. Karena ayah terus-menerus menasihati, aku memukulnya. Karenanya, ayahku besumpah akan mendoakan keburukan untukku, lalu ia pergi ke Mekkah untuk memohon pertolongan Allah. Ia berdoa, belum selesai ia berdoa, tubuh sebelah kananku tiba-tiba lumpuh. Aku menyesal atas semua yang telah aku lakukan, maka aku meminta belas kasihan dan ridha ayahku sampal la berjanji akan mendoakan kebaikan untukku jika Ali mau berdoa untukku. Aku mengendarai untanya, unta betina itu melaju sangat kencang sampai terlempar di antara dua batu besar, lalu mati di sana.”
`Ali lalu
berkata,
“Allah akan meridhaimu, kalau ayahmu meridhaimu.”
Laki-laki itu
menjawab,
“Demi Allah, demikianlah yang terjadi.”
Kemudian ‘Ali berdiri,
shalat beberapa rakaat, dan berdoa kepada Allah dengan pelan, kemudian berkata,
“Hai orang yang diberkahi, bangkitlah!”
Laki-laki itu berdiri, berjalan,
dan kembali sehat seperti sedia kala. `Ali berkata,
“Jika engkau tidak bersumpah bahwa ayahmu akan meridhaimu, maka aku tidak akan mendoakan kebaikan untukmu.”
Kisah 3
Fakhrurrazi
yang hanya sedikit memasukkan cerita-cerita tentang karamah para sahabat dalam
kitabnya, juga meriwayatkan bahwa seorang budak kulit hitam penggemar `Ali
mencuri. Budak itu diajukan kepada Ali dan ditanya,
“Betulkah kau mencuri?”
la menjawab,
“Ya,”
maka `Ali memotong tangannya. Budak itu berlalu dari
hadapan `Ali, kemudian berjumpa dengan Salman al-Farisi dan Ibnu
al-Kawwa’. Ibnu al-Kawwa’ bertanya,
“Siapa yang telah memotong tanganmu?”
Ia menjawab,
“Amirul mukminin, pemimpin besar umat muslim, menantu Rasullah, dan suami Fatimah.”
Ibnu al-Kawwa’ bertanya,
“la telah memotong tanganmu dan kamu masih juga memujinya?”
Budak itu menjawab,
“Mengapa aku tidak memujinya? Ia memotong tanganku sesuai dengan kebenaran dan berarti membebaskanku dari neraka.”
Salman
mendengarkan penuturan budak itu, lalu menceritakannya kepada Ali. Selanjutnya
Ali memanggil budak hitam itu, lalu meletakkan tangan yang telah dipotong di
bawah lengannya, dan menutupnya dengan selendang, kemudian Ali memanjatkan doa.
Orang-orang yang ada di sana tiba-tiba mcndengar seruan dari langit,
“Angkat selendang itu dari tangannya!”
Ketika selendang itu diangkat, tangan budak
hitam itu tersambung kembali dengan izin Allah.
Kisah 4
Dalam kitab
Al-I`tibar, Usamah bin Munqidz mengemukakan kisah yang didengarnya dari Syihabuddin
Abu al-Fath, pelayan Mu’izuddaulah bin Buwaihi di Mosul pada tanggal 18
Ramadhan 566 M. Diceritakan bahwa ketika Syihabuddin berada di dalam Masjid
Shunduriyah di pinggir kota Anbar daerah Tepi Barat, Khalifah Al-Muqtafi datang
berkunjung bersama salah seorang menterinya. AI-Mugtafi memasuki masjid
tersebut, yang dikenal dengan sebutan Masjid Amirul Mukminin Ali, dengan
memakai baju biasa dan menyandang pedang yang hiasannya dari besi. Tak seorang
pun mengetahui bahwa ia adalah seorang khalifah, kecuali orang-orang yang telah
mengenalnya. Pengurus masjid mendoakan sang menteri. Lalu sang menteri berkata,
“Celaka, doakanlah khalifah!”
Kemudian Khalifah
Al-Mugtafi berkata kepada menterinya,
“Tanyakan sesuatu yang bermanfaat pada pengurus masjid itu. Katakan padanya bahwa dulu pada masa pemerintahan Maulana Al-Mustazhhir, aku melihat la menderita sakit di wajahnya. Wajahnya penuh bisul schingga jika mau makan, bisulnya harus ditutup dengan sapu tangan, agar makanan bisa masuk ke mulutnya.”
Pengurus masjid
itu menjelaskan,
“Seperti Anda ketahui, aku berulang kali datang ke masjid ini dari Anbar. Suatu hari, ada seseorang menemuiku dan berkata, `Kalau engkau berulang kali menemui si Fulan setiap datang dari Anbar, seperti engkau berulang kali datang ke masjid ini, niscaya si Fulan akan memanggilkan tabib untukmu yang bisa menghilangkan penyakit di wajahmu.’ Perkataan orang itu merasuk ke hatiku dan menghimpit dadaku. Lalu aku tertidur pada malam itu dan bermimpi bertemu amirul mukminin Ali bin Abi Thalib yang tengah berada dalam masjid tersebut seraya bertanya, `Lubang apa ini?’ Maksudnya adalah sebuah lubang di tanah. Kemudian aku mengadukan penyakit yang menimpaku tetapi `Ali berpaling dariku. Maka aku kembali mengadukan penyakitku dan perkataan yang diucapkan oleh lelaki yang menemuiku di masjid tadi. Ali berkata, `Engkau termasuk orang yang menginginkan dunia.’ Kemudian aku terbangun, dan tiba-tiba bisul-bisul di wajahku lenyap.”
Khalifah
Al-Mugtafi berkata,
“Ia benar,”
lalu menoleh ke arah Syihabuddin dan
berkata,
“Bicaralah pada pengurus masjid itu, cari tahu apa yang la minta, tuliskan permintaannya disertai tanda tangannya, dan berikan padaku untuk kutandatangani. “
Selanjutnya
Syihabuddin berbincang-bincang dengan pengurus masjid itu, dan pengurus masjid
itu bercerita,
“Aku memiliki istri yang sedang menyusui anak dalam keadaan hamil dan beberapa anak perempuan. Setiap bulan, aku membutuhkan 3 dinar.”
Syihabuddin
menuliskan permintaan pengurus masjid Ali itu beserta alamatnya dan Al-Mugtafi
menandatanganinya. Al-Mugtafi kemudian menyuruh Syihabuddin untuk menyampaikan permintaan pengurus
masjid itu ke dewan keuangan. Syihabuddin membawa berkas permintaan pengurus
masjid itu ke dewan keuangan dan dewan menandatanganinya tanpa membacanya serta
mengambil bagian tulisan khalifah Al-Mugtafi. Ketika sekretaris dewan membuka
tulisan itu untuk dipindahkan, ia menemukan tulisan khalifah Al-Mugtafi di
bawah tanda tangan pengurus masjid Ali yang berbunyi,
“Seandainya ia meminta lebih dari itu, tentu akan diberi.”
Kisah 5
Kisah
lainnya menceritakan bahwa Nabi Muhammad Saw menyuruh Abu Dzar memanggil Ali.
Sesampai di rumah Ali, Abu Dzar melihat alat penggiling sedang menggiling gandum
padahal tidak ada seorang pun di sana. Kemudian Abu Dzar menceritakan hal
tersebut kepada Nabi Saw Beliau berkata,
“Hai Abu Dzar! Tahukah kau bahwa Allah memiliki malaikat-malaikat yang berjalan-jalan di bumi dan mereka diperintahkan untuk membantu keluarga Nabi Muhammad Saw.” (Dikemukakan olch Al-Shubban dalam kitab Is`af al-Raghibin dan Al Mala’ dalam kitab Sirahnya)
Karomah Utsman bin Affan
Kisah
1
Dalam kitab Al-Thabaqat, Taj al-Subki menceritakan bahwa ada seorang laki-laki bertamu kepada 'Utsman. Laki-laki tersebut baru saja bertemu dengan seorang perempuan di tengah jalan, lalu ia menghayalkannya. 'Utsman berkata kepada laki-laki itu,
"Aku melihat ada bekas zina di matamu."Laki-laki itu bertanya,
"Apakah wahyu masih diturunkan sctelah Rasulullah SAW wafat?"`Utsman menjawab,
"Tidak, ini adalah firasat seorang mukmin."`Utsman r.a. mengatakan hal tersebut untuk mendidik dan menegur laki-laki itu agar tidak mengulangi apa yang telah dilakukannya.
Selanjutnya Taj al-Subki menjelaskan bahwa bila seseorang hatinya jernih, maka ia akan melihat dengan nur Allah, sehingga ia bisa mengetahui apakah yang dilihatnya itu kotor atau bersih. Maqam orang-orang seperti itu berbeda-beda. Ada yang mengetahui bahwa yang dilihatnya itu kotor tetapi ia tidak mengetahui sebabnya. Ada yang maqamnya lebih tinggi karena mengetahui sebab kotornya, seperti 'Utsman r.a. Ketika ada seorang laki-laki datang kepadanya, `Utsman dapat melihat bahwa hati orang itu kotor dan mengetahui sebabnya yakni karena menghayalkan seorang perempuan.
Semakin lama, kemaksiatan yang dilakukan membuat hati semakin kotor dan ternoda, sehingga membuat hati menjadi gelap dan menutup pintu-pintu cahaya, lalu hati menjadi mati, dan tidak ada jalan lagi untuk bertobat, seperti dinyatakan dalam firman Nya,
Dan hati mereka telah dikunci mati, sehingga mereka tidak mengetahui kebahagiaan beriman dan berjihad. (QS Al Taubah [9]: 87)
Sekecil apa pun kemaksiatan akan membuat hati kotor sesuai kadar kemaksiatan itu. Kotoran itu bisa dibersihkan dengan memohon ampun (istighfar) atau perbuatan-perbuatan lain yang dapat menghilangkannya. Hal tersebut hanya diketahui oleh orang yang memiliki mata batin yang tajam seperti 'Utsman bin `Affan, sehingga ia bisa mengetahui kotoran hati meskipun kecil, karena menghayalkan seorang perempuan merupakan dosa yang paling ringan, `Utsman dapat melihat kotoran hati itu dan mengetahui sebabnya. Ini adalah maqam paling tinggi di antara maqam-maqam lainnya. Apabila dosa kecil ditambah dosa kecil lainnya, maka akan bertambah pula kekotoran hatinya, dan apabila dosa itu semakin banyak maka akan membuat hatinya gelap. Orang yang memiliki mata hati akan mampu melihat hal ini. Apabila kita bertemu dengan orang yang penuh dosa sampai gelap hatinya, tetapi kita tidak mampu mengetahui hal tersebut, berarti dalam hati kita masih ada penghalang yang membuat kita tidak mampu melihat hal tersebut, karena orang yang mata hatinya jernih dan tajam pasti akan mampu melihat dosa-dosa orang tersebut.
Kisah 2
Ibnu `Umar r.a. menceritakan bahwa Jahjah al- Ghifari mendekati 'Utsman r.a. yang sedang berada di atas mimbar. Jahjah merebut tongkat 'Utsman, lalu mematahkannya. Belum lewat setahun, Allah menimpakan penyakit yang menggerogoti tangan Jahjah, hingga merenggut kematiannya. (Riwayat Al-Barudi dan Ibnu Sakan)
Dalam riwayat lain dikisahkan bahwa Jahjah al- Ghifari mendekati `Utsman yang sedang berkhutbah, merebut tongkat dari tangan `Utsman, dan meletakkan di atas lututnya, lalu mematahkannya. Orang-orang menjerit. Allah lalu menimpakan penyakit pada lutut Jahjah dan tidak sampai setahun ia meninggal. (Riwayat Ibnu Sakan dari Falih bin Sulaiman yang saya kemukakan dalam kitab Hujjatullah `ala al-Alamin)
Kisah 3
Diceritakan bahwa Abdullah bin Salam mendatangi `Utsman r.a. yang sedang dikurung dalam tahanan untuk mengucapkan salam kepadanya. 'Utsman bercerita,
"Selamat datang saudaraku. Aku melihat Rasulullah SAW dalam ventilasi kecil ini."Rasulullah bertanya,
"Utsman, apakah mereka mengurungmu?"Utsman menjawab,
`Ya.'Lalu beliau memberikan seember air kepadaku dan aku meminumnya sampai puas. Rasulullah berkata lagi,
'Kalau kau mau bebas niscaya engkau akan bebas, dan kalau kau mau makan bersama kami mari ikut kami.' Kemudian aku memilih makan bersama mereka."Pada hari itu juga, `Utsman terbunuh.
Menurut Jalaluddin al-Suyuthi, kisah ini adalah kisah masyhur yang diriwayatkan dalam kitab- kitab hadis dengan beberapa sanad berbeda, termasuk jalur sanad Harits bin Abi Usamah. Menurut Ibnu Bathis, apa yang dialami 'Utsman adalah mimpi pada saat terjaga sehingga bisa dianggap karamah. Karena semua orang bisa bermimpi ketika tidur, maka mimpi ketika tidur tidak termasuk kejadian luar biasa yang bisa dianggap sebagai karamah. Hal ini disepakati oleh orang yang mengingkari karamah para wali. (Dikutip dalam Tabaqat al-Munawi dari kitab Itsbat al-Karamah karya Ibnu Bathis)
Artikel ini adalah bagian dari buku Kisah Karomah Wali Allah karangan Syekh Yusuf bin Ismail an Nabhani.